Fauzi Bahar Lantik Pengurus dan Dewan Guru IPS-BS

PADANG, SOKetua Umum terpilih Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Sumbar, Dr. H. Fauzi Bahar M.Si melantik Pengurus dan Dewan Guru Ikatan Pencak Silat Budi Suci (IPS-BS) Sumbar masa bakti 2012-2017, di Gedung Serba Guna Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) GOR. H Agus Salim Padang, Minggu (3/6).

Prosesi pelantikan yang berlangsung sederhana ini, turut dihadiri Waketum I KONI Sumbar, Syaiful SH, M.Hum, Danrem 032 Wirabraja dan Kapolda Sumbar.

Ketua IPSI Sumbar, Fauzi Bahar mengatakan, IPS-BS merupakan salah satu perguruan andal yang mampu melahirkan beberapa pesilat di tingkat PORDA serta melahirkan atletnya untuk mewakili IPSI Sumbar tingkat Porwil dan PON.”Oleh sebab itu, sambungnya, sebagai partner dari IPSI kita harapkan dapat melahirkan tenaga-tenaga yang siap pakai dalam membantu dan mengisi babak pembangunan demi memajukan silat di ranah Minang,” tuturnya.

Fauzi Bahar menekankan, bahwa silat memiliki empat aspek yang patut dipelajari serta ditauladani yaitu aspek mental spiritual yang didapat di surau, aspek seni dan budaya Minangkabau, aspek olahraga dan aspek beladiri.

“Karenanya kita mengharap perguruan IPS-BS akan mampu mengembangkan dan memanfaatkannya,” katanya.

“Selain itu Walikota juga akan menerapkan di sekolah-sekolah untuk membuka sasaran silat dan mengganti baju olahraga dengan baju silat, agar ada keseragaman sekaligus menghindari tawuran antar pelajar, dan lebih penting lagi baju tersebut akan bisa diwariskan kepada adik-adik pelajarnya,” terangnya.

Sementara Ketua Dewan Guru Artis Dt.Rajo Indo, ST dan Ketua Umum IPS-BS, AKBP Delvia Derita, S.Kom, MM senada menuturkan, perguruan IPS-BS telah berdiri sejak tahun 1975 di Mata Air Padang Selatan dalam bentuk sasaran silat, dan resmi bergabung dengan IPSI tahun 1985, tetapi IPS-BS  berbeda dengan beladiri Budi Suci (BS), dimana beladiri Budi Suci tidak tergabung dengan beladiri Pencak Silat, dan bukan anggota keluarga IPSI.

Namun dalam pengolahan tenaga dalam IPS-BS dan BS mungkin saja sama, karena IPS-BS memang berasal dari Budi Suci. Tapi dalam perkembangannya, IPS-BS resmi berpedoman kepada Pancasila dan UUD 1945 dan berlandaskan Al,Quran dan Hadist, serta sesuai dengan anggaran rumah tangga yang diakui IPSI, katanya.

Untuk keanggotaan mulai dari Sumatera Barat sampai dekade terakhir ini, IPS-BS telah berkembang di beberapa provinsi dan Negara di luar Sumbar seperti DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Riau, Jambi, Kerinci, Medan, Malaysia dan Thailand.

Sedangkan di dalam Sumbar sendiri terdiri dari sepuluh Kab/Kota yakni Darmasraya, Sijunjung, Pessel, Pasaman, Pasbar, Padang, Bukittinggi, Kabupaten Solok, Solsel dan kota Sawahlunto.

Dilaporkan : MUL
Sumber : disini

Nazaruddin dikepung kasus korupsi

Edan, Jet Tempur Kejar-kejaran dengan UFO

WEST MIDLANDS, KOMPAS.com — Seorang juru kamera berhasil merekam sebuah adegan dramatis, dua jet tempur Inggris yang sedang mengejar pesawat misterius mirip UFO.

“Dalam video tersebut tampak dua jet tempur sedang mengejar UFO,” kata media setempat.

Video klip dramatis berdurasi 30 detik ini dipercaya diambil dari sebuah tempat parkir di West Midlands di Britania Raya. Video klip tersebut berhasil mengundang jutaan pengunjung yang penasaran ingin menyaksikan UFO.

“Ini adalah salah satu video terbaik yang pernah kulihat. Ini mungkin sebuah UAV baru, yang mungkin menjelaskan jet militer,” kata The Sun mengutip Nick Paus, ahli UFO seputar penampakan UFO yang terdeteksi Kementerian Pertahanan.

“Namun, Anda tidak biasanya melakukan uji terbang proyek rahasia pada siang hari. Jika hal itu benar, artinya ada pesawat UFO di wilayah udara kami. Pesawat militer akan segera mencegat karena mengikuti petunjuk radar tersebut,” katanya.

Sementara itu, pihak Kementerian Pertahanan Inggris menolak berkomentar seputar pesawat misterius ini. “Kami selalu siaga apabila ada ancaman pesawat asing di wilayah udara kami,” katanya.

“Hingga saat ini kami tidak mendapat dan mengetahui adanya laporan pesawat tak dikenal,” kata pejabat kepolisian West Midlands

Galodo di Tanah Datar, tadi pagi

Djoko Tjiptono – detikNews

Jakarta – Banjir bandang disertai tanah longsor terjadi di Kecamatan Sungai Tarap, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar). Dikabarkan, bencana yang biasa disebut galodo ini lebih besar dari yang pernah terjadi pada tahun 1979.

“Informasi yang saya terima katanya lebih besar dari tahun 1979. Warga bilang airnya lebih tinggi,” kata Camat Sungai Tarap, Hernita Zailiarti, saat berbincang-bincang dengan detikcom, Senin (30/3/2009).

Namun demikian, Hernita mengaku belum tahu pasti berapa jumlah korban, baik luka maupun tewas, akibat bencana tersebut. Menurutnya, pihaknya masih melakukan pendataan.

“Lokasi paling parah terjadi di Desa Sungai Tarap, Desa Pasir Laweh dan Desa Rao Rao. Tapi mudah-mudahan jumlah korban tidak banyak,” ungkap Hernita.

Menurut Hernita, galodo terjadi karena curah hujan yang cukup tinggi. Hujan deras memang mengguyur wilayah tersebut sejak Minggu (29/3/2009), malam.

Sekadar diketahui, berdasarkan catatan yang ada bencana galodo yang cukup besar pernah menghantam wilayah Tanah Datar pada tahun 1979. Akibat kejadian tersebut, sedikitnya 50 orang tewas mengenaskan.
(djo/nrl)

Menuju Sistem Moneter Dunia Baru

Oleh : A Tony Prasetiantono

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM; Chief Economist BNI
 
Kurs rupiah sedang mengalami dinamika penting. Pekan lalu secara mengesankan rupiah menguat dari Rp 12.000 menjadi Rp 11.500 per dollar AS. Memang, penguatan Rp 500 per dollar AS dalam tempo singkat tersebut bisa dianggap biasa dan wajar, di saat krisis ekonomi global masih terus bergejolak dan belum menemukan ekuilibrium permanennya. Rupiah kadang-kadang bisa melemah dan menguat oleh penyebab yang sepele.

Pada kasus penguatan rupiah kali ini, penyebabnya merupakan gabungan beberapa faktor. Pertama, cadangan devisa yang dikuasai Bank Indonesia meningkat dari 51 miliar dollar AS menjadi 53,9 miliar dollar AS. Hal ini disebabkan oleh mulai masuknya modal asing ke pasar modal di Jakarta, selain karena masuknya dana penjualan obligasi pemerintah di luar negeri (global medium-term notes).

Kedua, BI meneken perjanjian bilateral currency swap arrangement dengan Bank of China senilai Rp 175 triliun atau 100 miliar renminbi. Di bawah payung perjanjian ini, eksportir dan importir kedua negara tidak perlu menggunakan mata uang dollar AS dalam transaksinya. Mereka cukup mengonversikan langsung mata uang masing-masing dengan negara mitra dagang.

Dalam hal ini, importir Indonesia bisa langsung menukar rupiahnya dengan renminbi, sebaliknya importir China menukar renminbinya langsung dengan rupiah. Kini tidak perlu lagi ada mata uang ”perantara”, yakni dollar AS, dalam setiap transaksi kedua negara. Perjanjian semacam ini akhir-akhir ini mulai marak dilakukan, terutama oleh ASEAN + 3, yakni kesepuluh negara ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Brunei) ditambah Jepang, China, dan Korea Selatan.

Banyak hal positif dapat ditarik dari skema baru ini. Bagi para importir maupun eksportir, mereka bisa berhemat karena jalur penukaran mata uang dapat diperpendek dari rupiah-dollar AS-renminbi menjadi langsung rupiah-renminbi. Berarti, akan dapat dihemat sejumlah fee penukaran.

Dari sisi ekonomi makro, kebutuhan (permintaan) terhadap dollar AS dapat ditekan. Implikasi dari turunnya permintaan dollar AS oleh pemegang rupiah akan menyebabkan kurs dollar AS cenderung melemah, atau sebaliknya rupiah bakal menguat. Ini sangat positif sebagai upaya untuk menurunkan volatilitas kurs rupiah terhadap dollar AS.

Dengan kata lain, kurs rupiah ke depannya akan cenderung lebih stabil, tidak terlalu berfluktuasi. Ini bagus bagi dunia usaha yang pada umumnya amat memerlukan kepastian (certainty), termasuk kepastian kurs. Sementara itu, variabel inflasi juga diuntungkan karena stabilitas kurs akan menurunkan tekanan inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).

Ketiga, rupiah harus berterima kasih kepada situasi politik di Tanah Air. Sejauh ini kampanye pemilu legislatif berlangsung aman. Masyarakat tampaknya sudah penat dan ”kapok” untuk tidak mau lagi mengulang pemilu bergejolak seperti sebelumnya, terutama 1999. Timbul kesadaran baru bahwa euforia demokrasi sudah tidak zamannya lagi diekspresikan dengan letupan-letupan di jalanan. Lagi pula, mengapa harus secara fanatik membela calon anggota legislatif jika yang bersangkutan kelak pada akhirnya juga diseret Komisi Pemberantasan Korupsi? Jumlah partai peserta pemilu yang amat banyak juga memberi andil memecah penumpukan massa. Ini semua berujung pada penguatan rupiah.

Sistem moneter baru

Secara pelan tapi pasti, krisis ekonomi global telah menginspirasi negara-negara di seluruh dunia untuk mengurangi penggunaan dollar AS. Dulu, pada Juli 1944, ketika 44 negara bersepakat di Bretton Woods, New Hampshire—sejam perjalanan dari Boston—untuk menggunakan dollar AS sebagai mata uang dunia, yang didukung dengan cadangan emas yang disimpan bank sentral, pertimbangannya adalah dominasi AS dalam perekonomian dunia. Saat itu setiap peredaran 35 dollar AS harus didukung dengan 1 ons emas. Kurs tetap (fixed rate) pun dapat diberlakukan.

Kesepakatan yang juga dihadiri ekonom top Inggris, John Maynard Keynes, itu berakhir awal 1970-an. Ketika AS mulai sibuk berperang, anggaran pemerintahnya defisit besar, maka kurs dollar AS pun jadi fluktuatif. Seiring dengan kesulitan untuk menimbun emas dalam jumlah yang sebanding dengan perkembangan ekonomi dunia yang kian pesat, standar emas pun dihapus.

Kurs mata uang bisa bergerak dinamis berdasarkan kekuatan kinerja ekonomi negara masing-masing, bukan dikaitkan dengan tumpukan emas di gudang bank sentral.

Kini, setelah hampir 40 tahun, tampaknya sistem moneter sudah waktunya direvisi lagi. Perekonomian AS memang masih menjadi kekuatan terbesar di dunia, dengan produk domestik bruto yang mencapai 14,3 triliun dollar AS (2008). Namun, juga muncul kekuatan lain yang mulai mendekat, yakni kawasan Euro (juga sekitar 14 triliun dollar AS), Jepang (4,8 triliun dollar AS), dan China (4,2 triliun dollar AS). Bahkan, jika semua negara Eropa bersatu (termasuk Inggris), kekuatannya bahkan lebih besar, yakni 19,2 triliun dollar AS.

Sebagai ilustrasi, kekuatan ekonomi dunia berturut-turut (dalam dollar AS) adalah: Jerman (3,8 triliun), Perancis (3 triliun), Inggris (2,8 triliun), Italia (2,4 triliun), Rusia (1,8 triliun), Brasil (1,7 triliun), India (1,3 triliun), Meksiko (1,1 triliun), Australia (1,1 triliun), Korea Selatan (1 triliun), Turki (0,8 triliun), Arab Saudi (0,53 triliun), Indonesia (0,5 triliun), Argentina (0,34 triliun), dan Afrika Selatan (0,3 triliun). Indonesia berada di peringkat ke-13 kekuatan ekonomi dunia.

Berdasarkan konfigurasi ini, sangat logis bahwa dollar AS selanjutnya tidak lagi menjadi satu-satunya mata uang yang mendominasi transaksi perekonomian dunia. Peran euro, yen, renminbi, dan poundsterling seharusnya menjadi lebih besar, seiring dengan menyurutnya peran AS yang tergerus krisis. Krisis ekonomi global kali ini tampaknya akan menjadi tonggak bersejarah bagi menyurutnya dominasi AS. Era baru sistem moneter dunia sudah mulai terkuak, menggantikan era sebelumnya, Bretton Woods (1944), dan pasca-Bretton Woods (awal 1970-an).

Munculnya era baru ini akan berdampak positif terhadap stabilitas rupiah. Karena itu, skema perjanjian bilateral currency swap arrangement harus terus diperluas oleh BI, karena ini sudah menjadi tren dunia yang tak terelakkan. Pelajaran dari kasus ini adalah, dalam setiap krisis, ternyata selalu ada blessing in disguise yang bisa kita petik manfaatnya.

Selamat datang era baru sistem moneter dunia!